Diksi.co.id, Banyuwangi – Dampak terputusnya jembatan penghubung dua desa, yakni Desa Tegalharjo dan Desa Karangharjo proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) terganggu.
Hal ini sangat dirasakan oleh siswa dan guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 7 Tegalharjo. SDN 7 Tegalharjo bertempat di Dusun Gunung Krikil yang berada di pelosok desa itu satu-satunya SDN yang ada di wilayah tersebut, dan siswanya dari warga Desa Karangharjo dan Desa Tegalharjo.
Dengan terputusnya Jembatan tersebut, akses warga dua desa harus mencari jalan alternatif yang jauhnya mencapai 10 kilometer.
Bahkan, agar siswa dan guru bisa melaksanakan proses KBM, mereka harus berpindah-pindah tempat. Hingga saat ini sudah ada tiga tempat untuk menggelar KBM
Agar warga dan siswa bisa menjalankan rutinitasnya, dua desa tersebut berinisiatif membangun jembatan tersebut. Sayangnya, jembatan yang sudah dibongkar dan sempat dibangun itu dihentikan entah apa alasannya.
“Tiga tahun lalu, jembatan ini roboh diterjang banjir. Rencananya, jembatan ini akan dibangun lagi, namun hingga saat ini masih belum ada kejelasannya,” ungkap Kepala Dusun Gunung Krikil, Suroso kepada Diksi.co.id, Sabtu (11/2/2023).

Masih menurut Suroso, agar akses jalan penghubung dua desa ini bisa berjalan dengan baik. Pemerintah Desa (Pemdes) Karangharjo, dan Tegalharjo berinisiatif membangun jembatan darurat.
“Sambil menunggu jembatan ini dibangun pemerintah, masyarakat bersama beberapa lembaga membangun jembatan darurat,” ucap Suroso haru.
“Masa sih, orang mau beli garam saja harus mengitari jalan puluhan meter, yang menghabiskan bensin dua liter,” tambahnya.
Kepala SDN 7 Tegalharjo, Sholihin mengatakan, semenjak terputusnya jembatan utama itu akibat banjir besar 3 tahun lalu. Selama ini KBM bersama 46 siswanya sudah berpindah sebanyak 3 kali dari tempat penampungan sementara.
Lanjut ke halaman berikutnya —>