Jumat, Juni 6, 2025
spot_img

DIKSI UPDATE

Merah Tidak Identik Soekarno

Oleh: Dr.Aries Harianto, S.H.,M.H.,C.Med*)

Alfatihah untuk Soekarno. Soekarno secara biologis telah tiada. Jasadnya berkalang tanah. Kematian Soekarno merupakan momentum keabadiannya. Sebagai nilai, Soekarno masih hidup. Menginspirasi nilai juang dalam beragam era. Menjadi hulu komitmen nasionalisme dan hilir orientasi cinta tanah air.

Soekarno adalah narasi pengawal NKRI. Literasi yang secara fungsional menjadi kompas dialektika kebangsaan. Betapa tidak. Soekarno adalah tokoh yang kerap kali diasingkan, namun tetap bangkit menghadapi kenyataan. Diplomat ulung dan anti gertak siapapun. Masih ingat ketika Soekarno mengumpat Amerika, ‘persetan dengan bantuanmu’. Umpatan itu terlontar saat diketahui ada maksud tersembunyi di balik bantuan itu.

Ganyang Malaysia dan kemarahannya di gedung putih saat Eishenhower Presiden Amerika tidak tepat waktu menemui, adalah refleksi perlawanan atas harga diri yang diinjak pihak lain. Cerita ini dikupas habis oleh Bambang Widjanarko dalam buku ‘Sewindu Dekat Bung Karno’.

Soekarno bukan tokoh lokal. Jejak dinamikanya mendunia. Beberapa negara telah mengabadikan namanya sebagai wujud rasa hormat atas kharismanya. Mesir, misalnya. Karena kedekatan hubungan, hingga negeri Piramid ini menjadi negara pertama yang memberikan pengakuan kemerdekaan Indonesia, telah mengabadikan Soekarno menjadi nama jalan Ahmed Soekarno St di daerah Agouza, Giza-Mesir.

Begitu juga di Kuba. Soekarno diabadikan dalam gambar perangko saat momentum delapan puluh tahun Presdien Quba – Fidel Castro. Soekarno Squere Khiber Bazar di Peswar dan Soekarno Bazar di Lahore juga fakta internasional yang mengabadikan nama Soekarno di Pakistan. Pakistan mengabadikan nama Soekarno sebagai tanda terimakasih atas jasa mengirim pasukan perdamaian guna mengamankan perbatasan Pakistan – India.

Demikian juga di Maroko. Kunjungan Soekarno waktu itu sungguh berharga. Tidak heran jika rasa hormat itu diabadikan menjadi nama jalan Rue Soekarno di Rabat. Bahkan pada tahun 2012 – 2014 musium lilin Madame Tussauds membuat patung sosok Soekarno. Tegap dan gagah bersanding dengan tokoh dunia lainnya, yakni Ratu Elizbeth II, Mandela dan Barrack Obama.
Seorang Soekarno identik dengan kelahiran Pancasila. Diperingati 1 Juni sebagai hari besar nasional. Soekarno sebagai penggali Pancasila.

Prestasi fundamental Soekarno yang tak bisa dipungkiri adalah soal kelahiran Pancasila. Tepat sekali ketika Soekarno menggunakan kiasan ‘menggali’ alam merumuskan Pancasila. ‘Menggali’ melibatkan bumi dan tubuh. Pancasila lahir dari jerih payah sejarah. Seperti halnya hasil bumi menawarkan sesuatu yang tetap bisa diolah lebih lanjut.

Pancasila tak ‘ready for use’. Pancasila tak menampik tafsir kreatif. Pancasila membuka kemungkinan untuk tak jadi doktrin, sebab tiap doktrin akan digugat perkembangan sejarah dan atas dasar itulah, Soekarno mengakui ‘tak ada teori revolusi yang ready for use’. Pernyataan ini lebih dari sekedar hipotesa ajaran, namun sampai saat ini belum ada antitesa yang mampu menenggelamkannya.

Dalam tautan dengan PDI, secara historis memang tidak bisa menegasikan peran Soekarno. Embrio PDI merupakan gabungan PNI (didirikan Soekarno), Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kkristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik. Hanya saja sejak PDI terbentuk dalam perjalanannya tidak lepas dari intervensi pemerintah. Pada puncaknya melahirkan konflik internal hingga lahir PDI Perjuangan seperti saat ini. Partai berlogo kepala banteng. Si Mata Merah, bermulut putih dilatarbelakangi warna merah dominan.

Sejarah Soekarno membidani partai merupakan kesadaran politik futuristik bahwa negeri ini harus dikelola dengan akumulasi kompromi keberagaman sebagai jati diri kebhinekaan. Soekarno tidak memposisikan diri sebagai penguasa tunggal. Berarti Soekarno memberikan contoh konkrit sebagai fakta. Mendeklarasikan diri sebagai komponen demokrasi. Partisipan sekaligus berfikir universal untuk Indonesia yang multi cultur.

Kini, visualisasi Soekarno tak bisa dielakkan. Diabadikan dalam berbagai banner. Bahkan upaya demikian menjadi monopoli partai politik tertentu. Soekarno diidentikkan dengan warna merah. Soekarno menjadi klaim objek kepemilikan.

Materialisasi Soekarno telah mendegradasi spirit dan spiritualisme. Soekarno secara faktual historis telah mewaqafkan jiwa raganya dalam melahirkan NKRI. Marhaen adalah simbol kepeduliannya terhadap rakyat kecil. Rakyat kecil dalam maknanya sebagai ‘inlander’ di mata penjajah. Rakyat kecil sebagai subjek yang harus diperjuangkan hak konstitusional kesejahteraannya. Rakyat kecil yang harus didengar dan diakomodasikan aspirasi dan geliat penderitaanya di masa kini dan mendatang.

Bicara rakyat kecil tidak bisa dilepaskan dari seorang Marhaen, nama petani di Bandung. Melegenda karena memberikan inspirasi nasionalisme dalam bingkai ‘peduli rakyat’. Kepedulian terhadap rakyat tentu saja bukan monopoli kesadaran moral dan fungsional partai tertentu. Kepedulian dimaksud merupakan PR besar di tengah gunjing miring partai politik menjelang 2024. Dengan kata lain, term Marhaenisme adalah legenda faktual yang inspiratif. Ditabur Soekarno dengan harapan menuai komitmen kebangsaan. Kebangsaan adalah abstraksi roh negeri yang memposisikan Pancasila sebagai nilai.

Berdasarkan fakta di atas dapat dipahami bahwa Sokearno bukan domein kelompok tertentu. Bukan saja milik partai berwarna merah karena seolah merah merupakan refleksi nasionalis yang identik dengan darah Soekarno. Darah Soekarno bukan darah biologis. Darah Soekarno adalah spirit yang mengaliri semua komponen bangsa dalam anatomi sistemik. Bersifat kultural yang melandasi prilaku konstitusional.

Dalam perspektif kepartaian, Soekarno juga milik kuning, terpatri dalam partai hijau, terpasang pada partai biru, dipajang oleh partai putih, oranye. Jadi Soekarno boleh mendampingi Ganjar mengunjungi New Marhaen. Halal ngopi bareng Anis menemui para pemimpin umat. Saat tertentu sah sah saja menemani Prabowo joging di seantero Nusantara, sembari mampir ke rumah si Rambo Mahfud MD di Madura mendengar kisah peperangannya di negeri korup.

Merah ternyata tidak identik dengan Soekarno. Soekarno simbol integritas. Abstraksi dari realitas sejarah berbangsa yang menanamkan teologi perubahan fundamental. Anis, Ganjar, Prabowo, Mahfud MD adalah anak-anak bangsa karena Soekarno merupakan aset bangsa. Wajah Soekarno tidak bersemayam dalam satu kelompok.

Senyum Soekarno memberikan keteduhan pada semua partai. Siapapun Capresnya, mereka adalah anak-anak Soekarno.

*) Penulis adalah akademisi Universitas Jember, Mediator Berlisensi Mahkamah Agung, Kolumnis dan Dewan Pakar KAHMI Jember serta Pembina Sarikat Buruh Muslimin Indonesia.

 

Latest Posts

spot_img
spot_img

DIKSI POPULER

spot_img
spot_img

LANGGANAN DIKSI

Menyajikan informasi terkini dan Up to Date silakanan langganan berita kami Gratis.