Kamis, Juli 10, 2025
spot_img

DIKSI UPDATE

Thamrin 3 Tahun Ketua PMI, Pembinaan dan Jumbara PMR: No ! 

Diksi.co.id, Jember | Kepengurusan PMI Cabang Jember di era M. Thamrin bulan Agustus mendatang akan genap berumur 3 tahun. Selama itu kondisi lembaga kemanusiaan yang didirikan tahun 1975 di kota Suwar-suwir itu bagai auto pilot, bergerak tanpa kendali hanya sekedar menjalankan rutinitas saja.

Tidak seperti era ketua-ketua sebelumnya, Thamrin minim inovasi. Bahkan relawan maupun pelajar yang tergabung dalam PMR pun ditelantarkan.

Salah satu contohnya, selama tiga tahun belakang para pelajar yang tergabung dalam Palang Merah Remaja belum pernah mengikuti Jumbara PMR (Jumpa, Bakti dan Gembira) Tingkat Kabupaten.

Sebagai informasi Jumbara adalah ajang bertemunya perwakilan anggota PMR tingkat mula, madya dan Wira seluruh Kabupaten Jember. Jumbara juga jadi salah satu wujud mandat PMI sesuai UU Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan yang di dalamnya terdapat mandat pembinaan relawan.

 

M Thamrin dinilai telah merusak PMI dan relawan dari dalam.(diksi.co.id/guh/ary)

Jumbara digelar sebagai tempat saling tukar informasi, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman serta bertujuan untuk menumbuhkan jiwa kesukarelaan sejak dini. Selain itu, kegiatan ini juga jadi cermin untuk mendorong PMI dalam meningkatkan pembinaan terhadap personel PMR.

“Sudah lama tidak ada Jumbara di Kabupaten Jember. Seingatku terakhir dilaksanakan tahun 2010,” ujar relawan yang biasa dipanggil Sita.

Jumbara melibatkan ribuan anggota PMR dari berbagai tingkatan (Mula, Madya, dan Wira) dan unit PMR di Jember. Jumbara merupakan ajang evaluasi dan pembinaan bagi anggota PMR, serta wadah untuk mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan kapasitas relawan.

Aep Ganda Permana, salah satu pengamat kebijakan publik yang terus aktif menyoroti kinerja PMI Cabang Jember Kembali menyayangkan tidak adanya jumbara. “Jumbara itu ajang aksi dan kreativitas para relawan yag tergabung dalam PMR. Tapi realitasnya tidak dilaksanakan sepanjang kepemimpinan M Thamrin,” ujarnya.

Lagi, lagi, sambungnya, alasannya adalah anggaran minim sehingga harus efisiensi. “Ini sangar ironis, harga darah naik dari Rp 360 ribu menjadi Rp 490 ribu perkantongnya tetapi selalu didengungkan efisiensi. Lebih ironis lagi dana terkumpul makin banyak tetapi kegiatan sangat minim, termasuk tidak ada Jumbara,” kritiknya.

Padahal bila mengutip pernyataan M Thamrin seperti di https://pmijawatimur.or.id., dirinya mengakui seleksi PMR untuk merekrut calon-calon peserta Jumbara PMR Jatim 2025 telah ditata dengran meritokrasi dan obyektifitas tinggi.

“Agar dapat menemukan anggota PMR yang benar-benar militan, berdedikasi, dan berjiwa Palang Merah, sudah saya tekankan dan instruksikan agar seleksi dilakukan dengan sangat obyektif. Agar nantinya juga, mereka pulang dengan membawa gelar juara,” kata  Muhammad Thamrin.

Pernyataan diatas seolah hanya lips servis belaka. Kenyataannya jauh panggang dari api mantan birokrat Pemkab Jember itu tak menghiraukan relawan maupun PMR .(Guh/Ary)

Latest Posts

spot_img
spot_img

DIKSI POPULER

spot_img
spot_img

LANGGANAN DIKSI

Menyajikan informasi terkini dan Up to Date silakanan langganan berita kami Gratis.