Diksi.co.id, Sumenep | Pemerintah Kabupaten Sumenep, menunjukan komitmennya terhadap pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terasa. Salah satunya adalah terhadap usaha kerajinan batik setempat yang sempat mengalami mati suri.
Seorang pengrajin bernama Dauli (60) pembatik asal Desa Pakandangan, Bluto, Sumenep saat ditemui di rumahnya mengatakan perhatian pemerintah setempat terhadap usaha batiknya sangat terasa.
“Alhamdulilah, berkat kebijakan Bupati Achmad Fauzi terhadap pelaku UMKM terutama pembatik kian terasa,” kata Bapak Dauli saat menceritakan kepada media
Dauli bercerita dirinya sempat vakum produksi batik di diwilayahnya hampir 6-10 tahun tetapi, kemudian adanya kebijakan dari pemerintah Kabupaten kini mulai terasa.
“Dulu vakum mas sekitar 6-10 tahun,” kata dia menerangkan.
Kini masyarakat disekitarnya kata Dauli sekaligus ketua RT sangat mengapresasi kebijakan ini. Pasalnya dulu sebagian warga ke Malaysia untuk mencari nafkah dengan menjadi buruh migran karena minimnya lapangan kerja, namun kini tidak lagi. Warga setempat kini memilih berprofesi menjadi pembatik dari pada menjadi buruh migran

.”Kini pelaku UMKM Batik merasa senang karena tidak lagi pergi jauh untuk mencari kerja,” ujarnya.
Di lokasi produksi batik di Pakandangan yang berjarak kurang lebih 30 Km dari pusat kota Sumenep itu terlihat antusias para pembatik melakukan proses produksi batik.

Mereka para pengrajin ini diwadahi dalam koperasi batik. Keberadaan koperasi membuat mereka tidak kawatir soal pemasaran.
“Jadi dulu, ketika selesai buat batik kita jual sendiri namun, kini sudah ada koperasi jadi lebih mudah,” jelasnya.
Yang menarik, terdapat pelaku pembatik yang berusia sekitar 80 tahun bernama Ny. Remah begitu lihai dan bersyukur karena adanya kebijakan pemerintah.
“Saya udah puluhan tahun, jadi terima kasih kepada Bupati atas kepedulian terhadap UMKM,” ucapnya.(dan)